Proses CIP – Apa Pentingnya dalam Industri?


Pembersihan peralatan pemrosesan makanan dan minuman adalah hal yang paling penting dalam industri tersebut. Ini disebabkan karena produk yang dihasilkan akan dikonsumsi oleh manusia. Jangan sampai ada kotoran yang mengkontaminasi produk sehingga menyebabkan wabah penyakit seperti Salmonella atau Listeria di masyarakat.

Untuk industri makanan, minuman, dan farmasi, pasti sudah tidak asing dengan proses CIP atau Cleaning in Place. Proses yang sudah ada sejak tahun 1950-an ini memastikan pembersihan yang benar-benar higienis, karena sama sekali tidak menggunakan tangan pengguna secara manual atau membongkar peralatan. Proses CIP menggunakan sistem sirkulasi cairan, baik itu bilasan air, bahan kimia pembersih, dan sanitizer. Hasilnya, proses CIP dapat menjaga sistem bebas bakteri, membersihkan dengan lebih cepat, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, dan mengurangi risiko karyawan terpapar bahan kimia yang berbahaya.

Proses CIP

Proses CIP sama sekali tidak dibantu agitasi manual seperti digosok atau disikat, maka umumnya larutan kimia pembersih yang digunakan akan jauh lebih kuat dibandingkan pembersih yang biasa.

Oleh sebab itu, sebelum melakukan proses CIP, kita perlu mengeluarkan saringan atau filter dan alat-alat sejenis dari sistem agar tidak rusak akibat proses pembersihan.

Proses CIP bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sistem sekali pakai (single use system/one shot system) dan sistem pakai berulang (re-use system/recovery system). Sistem sekali pakai, akan menggunakan dan membuang kimia pembersih dalam sekali pakai. Sistem ini sudah mulai ditinggalkan oleh banyak industri yang beralih ke sistem pakai berulang.

Dalam sistem pakai berulang, kimia pembersih disimpan dalam tangki penampungan yang dijaga konsentrasi dan suhunya. Karena kotoran dalam sistem sebelumnya akan dibilas beberapa kali dengan air, jadi meskipun dipakai berulang, kimia pembersih tidak sampai terlalu kotor.

Urutan sirkulasi dalam proses CIP tidak sama. Tiap pabrik memiliki urutannya masing-masing, bergantung pada jenis kotoran yang dihasilkan dari proses produksi pabrik. Berikut adalah beberapa urutan proses sirkulasi yang mungkin digunakan oleh pabrik:

  • Air – Basa – Air
  • Air – Basa – Air – Sanitizer (Sanitizer selalu dapat digunakan sebagai bilasan terakhir proses CIP)
  • Air – Basa – Air – Asam – Air
  • Air – Asam – Air – Basa – Air
  • Air – Asam – Air – Basa – Air – Asam – Air

Pentingnya Bilasan Air Tiap Proses Sirkulasi

Bilasan air sangat penting di awal dan antara tiap proses sirkulasi. Bilasan di awal berfungsi untuk merontokkan kotoran juga melarutkan gula dan lemak dari sisa produksi. Bilasan di antara tiap proses berfungsi untuk menetralkan sistem kembali. Air yang digunakan disarankan yang bebas mineral agar efektif untuk membersihkan. Adanya mineral dalam air bilasan misalnya besi atau mangan bahkan dapat menjadi noda di permukaan sistem. Dapat juga mengendap dan membentuk kerak. Untuk menghemat air, sisa bilasan air terakhir dapat digunakan kembali sebagai bilasan air awal CIP berikutnya. Sisa panas dan sisa kimia pembersih dari bilasan air terakhir dapat membantu proses bilasan awal CIP berikutnya lebih efektif dan ekonomis.

Zat basa yang digunakan untuk CIP umumnya adalah Natrium Hidroksida (NaOH) atau yang biasa dikenal kaustik soda. Zat basa sangat efektif untuk menghilangkan kotoran organik seperti lemak.

Zat asam untuk CIP ada beberapa seperti Asam Fosfat dan Asam Nitrat. Zat asam digunakan untuk menghilangkan kerak di dalam sistem. Ini paling sering digunakan di pabrik pengolahan susu. Tapi penggunaan zat asam harus diperhatikan baik-baik konsentrasi dan durasi sirkulasinya, sebab penggunaan yang berlebih dapat merusak valve dan seal pada pompa.

Sanitizer yang umum digunakan pada CIP adalah Natrium Hipoklorit (NaClO) kadang disebut hanya dengan singkatannya yaitu Hipo. Karena memiliki bahan aktif klorin, jangan sampai produk ini tercampur dengan zat asam, karena akan menghasilkan gas klorin yang beracun. Selain Natrium Hipoklorit, ada juga yang menggunakan Asam Perasetat (PAA) sebagai sanitizer karena dinilai lebih efektif dan lebih ramah lingkungan meskipun harganya lebih mahal.

Biasanya urutan CIP tidak diubah setelah dipasang oleh supplier peralatan itu, hanya mengikuti prosedur bawaan pabriknya. Namun operator CIP dapat mengubah beberapa parameter agar sistem dapat berjalan dengan lebih efektif. Misalnya suhu pada tangki dan jenis kimia pembersih yang digunakan.

Suhu juga berperan penting dalam proses CIP. Suhu yang tinggi membantu kotoran lebih mudah lepas dari permukaan, namun suhu yang terlalu tinggi kadang berpengaruh pada bahan kimia pembersih yang digunakan sehingga dapat mengeluarkan uap yang berbahaya. Proses CIP sebaiknya dijalankan pada suhu antara 50 sampai 75 derajat Celsius.

Jenis Kimia Produk RMC

RMC memiliki rentang produk yang dapat digunakan pada proses CIP sebagai berikut:

  • Zat basa: HLC Series
  • HLC-1600 Plus. Selain mengandung kaustik soda atau NaOH, HLC-1600 Plus juga mengandung klorin yang meningkatkan proses pembersihan. Efektif untuk menghilangkan noda-noda organik seperti lemak, grease, minyak, protein, noda zat pati, dan jamur.
  • HLC-5000. Sebaliknya dari HLC-1600 Plus, produk ini justru tidak mengandung klorin yang bermanfaat bagi pabrik yang tidak mengizinkan penggunaan klorin dalam proses CIP nya. Dapat juga digunakan untuk meningkatkan pH air sebagai penetral cairan asam sebelum dibuang ke fasilitas pengolahan limbah. Sangat efektif untuk membersihkan noda karbon.
  • Zat asam: HDA Series
  • HDA-1000. Mengandung asam fosfat yang dikombinasi dengan dispersan untuk memecah kotoran yang ada. Sangat efektif untuk menghilangkan noda seperti kerak, endapan kapur, karat, garam, jamur, zat pati, dan protein.
  • HDA-2500. Gabungan dari asam fosfat dan asam nitrat yang dapat digunakan untuk menghilangkan kerak kapur, kerak air, noda berwarna hasil produksi, karat, dan endapan lainnya di dalam sistem. Selain digunakan dalam proses CIP dapat juga digunakan dalam proses COP (Cleaning Out of Place).
  • Sanitizer.
  • Chlorguard II. Dengan bahan aktif Natrium Hipoklorit ditambah kaustik soda (NaOH), Chlorguard II sangat efektif untuk membasmi bakteri yang ada di sistem. Dapat juga digunakan secara manual untuk sanitasi telur dan sayuran.

Semua produk di atas sudah memiliki sertifikat food safety NSF dan Halal, kecuali HDA-1000 yang hanya memiliki sertifikat Halal. Ini menjadikan produk-produk di atas sangat cocok untuk digunakan di pabrik pengolahan makanan, minuman, atau farmasi yang membutuhkan produk dengan sertifikat food safety.

Apa kesimpulannya?

  • Dengan proses CIP, tingkat kebersihan dan sanitasi di pabrik Anda dapat ditingkatkan
  • Sesuaikan urutan sirkulasi dalam proses CIP dengan kotoran yang dihasilkan produksi
  • Suhu dan pilihan kimia pembersih sangat penting untuk memastikan proses CIP yang efektif

Hubungi kami untuk konsultasi mengenai produk-produk CIP yang cocok untuk pabrik Anda.

Berikan komentar:

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}

Hubungi Rochester Mitra Indonesia